Jangan Biarkan Bahasa Sunda Terbunuh

Jangan Biarkan Bahasa Sunda Terbunuh




oleh : Abdul Mugnie Shidieq


Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan suku bangsa di Indonesia yang berusia cukup tua. Kegemilangan kebudayaan Sunda di masa lalu, khususnya semasa kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda, dalam perkembangannya kemudian seringkali dijadikan acuan dalam memetakan apa yang dinamakan kebudayaan sunda.
Namun semakin lama, semakin banyak kebudayaan Sunda yang tergilas oleh kebudayaan “Dengeun” (asing). sebagai contoh yang paling jelas, bahasa Sunda yang merupakan bahasa komunitas orang Sunda, sudah sangat jarang digunakan oleh pemiliknya sendiri, khususnya para generasi muda Sunda. yang sangat memprihatinkan adalah, ketika menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari, selalu diidentikan dengan “kampungan”. akibatnya timbul rasa gengsi pada orang Sunda, untuk menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari.
Ajib Rosidi menguraikan keprihatinannya tentang keadaan bahasa Sunda, dan mungkin keprihatinan kita semua. “Hari ini kita bisa lihat, bahwa bahasa Sunda sekarang sedang dalam proses kematiannya. karena kita saksikan orang Sunda secara perlahan-lahan sedang menjalankan pembunuhan terhadap bahasa Sunda yang merupakan bahasa ibunya.” kita pun bisa melihat, kian banyak orang Sunda yang tidak mau bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Sunda, walau pun sesama orang Sunda. kita pun melihat bahwa lembaga-lembaga publik seperti sekolah, masjid-masjid, pasar, kian sedikit orang yang mempergunakan bahasa Sunda. dan lebih parahnya lagi, banyak orang tua yang keduanya orang Sunda, yang tidak berbahasa Sunda lagi dengan anaknya, artinya mereka tidak mewariskan bahasa ibunya kepada generasi sesudahnya. dan banyak orang sunda yang lebih bangga menggunakan bahasa Asing dibanding bahasanya sendiri. dan lebih asyik menggunakan bahasa “Gwe dan Lho” dibanding “urang jeung maneh”. jika seperti itu, kita seakan-akan lebih bangga menggunakan barang orang dibanding barang milik sendiri. kalau dalam pribahasa Sunda ‘”Agul ku payung butut” atau “Adean ku kuda beureum”
Jika gejala-gejala ini terus dibiarkan, maka akan berakhir dengan kematian bahasa Sunda. maka perlu disadari, kita yang menjadi generasi muda, yang harus terus menjaga, mempertahankan lestarinya bahasa Sunda. sebagai warisan leluhur kita. karena kita sendirilah yang akan menentukan mati-hidupnya bahasa Sunda.
Sabda Sunda
Ku: Sanghyang Mughni Pancaniti
Sunda moal leungit ku ganti wanci
Sunda moal laas ku robah mangsa
Sunda moal luntur ku kurunyung taun
Sunda moal helas ku ilang bulan
Sunda geus ngancik dina ati
Sunda geus nyayang dina dada
Sunda Geus kaukir dina fikir
Sunda geus manunggal dina rasa
Brah lumampah.. migawe sunda nu nyata
jung lumaku.. migawe sunda nu luhung
jig geura indit.. migawe sunda nu sajati
Tanda syukur ka Gusti nu Maha Suci
Dimana geus eling kitu.
Rek ka wetan, Prak..!
Rek ka kidul, jug..!
Rek ka kaler, perk..!
Rek ka kulon, los..!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama