Pendidikan Dan Dakwah Islam : “Gerakan Dakwah Pendidikan Perempuan Indonesia”

Pendidikan Dan Dakwah Islam : “Gerakan Dakwah Pendidikan Perempuan Indonesia”

oleh : Rizky Sopiyandi


Tak bisa dipungkiri sangatlah besar peran kaum hawa dalam menyebarkan ajaran Islam di Indonesia terutama dalam bidang pendidikan. Sebut saja, Raden Ajeng Kartini. Beliau mewarisi suatu gagasan kesetaraan gender, terutama dalam hal kesamaan hak menerima pendidikan, yang hingga dewasa ini menjadi suatu referensi bagi setiap aktifis wanita atau bahkan masyarakat pada umumnya, termasuk kaum laki-kali. 
Lalu, kiprah seorang Rahmah el-Yunusiah di tanah minang yang membawa derajat perempuan dengan memberikan kesempatan mereka mengenyam pendidikan yang pada waktu itu masih tercecer dalam bidang pengetahuan dan pendidikan. Dan memasukan kurikulum Islam dalam lembaga sekolah. Oleh karena itu beliau sering juga disebut “kartini perguruan Islam”.
Tak lupa juga bagaimana peranan Nyai Ahmad Dahlan, isteri pendiri Muhammadiyyah Ahmad Dahlan. Beliau pun sama menjadikan pendidikan sebagai sarana perjuangan untuk meningkatkan derajat kaum perempuan, khususnya mereka yang tergabung dengan organisasi Muhammadiyyah. Demikian pula karya sastra Hikayat Faridah Hanum yang ditulis oleh Syed syekh al-Hadi yang merekontruksi suatu pencitraan baru terhadap perempuan yang sebelumnya terikat pada suatu dogma agama yang parsial.
Tentu saja gerakan Dakwah Pendidikan bagi kaum perempuan tak hanya sebatas pendidikan yang bersifat formal seperti penulis untarakan sebelumnya. Namun ada hal yang lebih penting untuk menunjang suatu keseimbangan dalam penerimaan pendidikan yakni harus disertai pendidikan non formal yang tak kalah hebat dari pendidikan formal. 
Oleh karena itu, peran dakwah muslimah terutama yang sudah menjadi ibu rumah tangga adalah peran dalam membimbing dan membina keluarga. Peran dalam membina keluarga seharusnya menjadi prioritas utama. Sebab membina, mendidik, serta merawat anak-anak adalah kewajiban yg mulia dan utama bagi kaum muslimah. Muslimah harus membina keluarganya dengan nilai-nilai islam. Dengan pembinaan keluarga yg senantiasa berpedoman pada Al-Qur'an dan Hadits. Dari samudera keluarga demikian inilah yg bisa melahirkan dan membentuk generasi-generasi islam. 
Generasi yang senantiasa menjadikan diri sebagai mujahid-mujahid dakwah, yang siap mewakafkan hidupnya demi kejayaan Islam dan kaum muslimin. Di sinilah pentingnya seorang muslimah untuk menyiapkan bekal berupa ilmu syar'i untuk menyongsong kehidupan berumah tangga. Ilmu syar'i hanya bisa didapat dengan mempelajari islam dengan sungguh-sungguh dan kontinyu. Hal ini, hanya bisa dicapai lewat pembinaan (tarbiyah) secara intensif. 
Dengan bekal ilmu syar'i, seorang muslimah dapat membangun rumah tangga islami. Rumah tangga islami (Al Baitu Al Islami) adalah rumah tangga yg dibangun di atas pondasi (asas) Taqwa, bukan rumah tangga yg dibangun di atas hawa nafsu. 
Rumah tangga inilah yg akan menjadi miniatur surga yg di dalamnya terdapat ketenangan dan kedamaian. Penghuni rumah seperti akan selalu berkata; rumahku adalah surgaku, bukan sebaliknya rumahku adalah nerakaku. 
Hal ini juga dijelaskan dalam Al-Qur'an: "Hai orang-orang yg beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yg tidak mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan". (QS. At-Tahrim: 6)

Sehingga tugas dan tanggung jawab muslimah dalam membina, membimbing dalam rangka menyiapkan generasi dalam keluarganya mempunyai posisi yang cukup urgen; tidaklah berarti membatasi peran-peran dakwah dan aktivitas muslimah di luar rumah. Apalagi, jika peran-peran ini dianggap mengungkung aktivitas muslimah sebagaimana yg sering digulirkan oleh aktifis gender. Akan tetapi ini semata-mata untuk mengarahkan perempuan kepada fitrahnya. Karena kaum perempuan pun sama seperti pria mempunyai kewajiban berdakwah dan beramar ma’ruf nahyi mungkar.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama