KPI Galau, Rektorat Risau

KPI Galau, Rektorat Risau

Senin (09/04), massa aksi mulai berjalan dari pelataran gedung Fakultas dakwah dan Komunikasi hingga ke gedung rektorat di kampus yang sama. Berjalan, seraya teriakan-teriakan tuntutan terlontar tegas dari mulut mewakili kegalauan mereka akan realitas, kegalauan Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN SGD Bandung terkait fasilitas yang tak mumpuni untuk sebuah jurusan yang bersifat kompentatif.

Bagaimana tidak, kegalaun akan ketiadaan sebuah media pembelajaran yang hakikatnya menjadi perangkat pendidikan yang sangat urgen demi terlaksananya sebuah kegiatan belajar-mengajar yang efektif tak mereka dapatkan. "Sejak berdiri jurusan KPI dari tahun 1994 sampai 2012 tidak memiliki laboratorium TV dan Radio. Padahal belajar yang mengandalkan teori di kelas dan tidak dibarengi dengan praktek nonsen" ungkap Ridwan, seorang mahasiswa KPI, saat diwawancarai sebuah media lokal di kampus yang sama.

Perangkat pendidikan seperti halnya laboratorium TV atau Radio bagi jurusan komunikasi memang wajib hukumnya. Bayangkan, seorang anak yang hendak belajar mengendarai sepeda namun tak pernah sekali pun ia menaiki sebuah sepeda. Begitu pula mahasiswa yang notabene sehari-hari belajar terkait kompetensi keahlian, namun tak dibarengi dengan perangkat-perangkat yang membantu proses pembelajaran tentang keahlian tersebut. Dan itu ada disini, di jurusan KPI.

Oleh karena itu, pelaksana pendidikan (dalam hal ini pihak rektorat kampus UIN) bertanggungjawab sepenuhnya dalam mengakomodir setiap proses yang membantu keefektifan proses pembelajaran. Kesenjangan antara teori dan realita yang ada, disikapi dengan sebuah bentuk tuntutan oleh mahasiswa yang menamakan diri mereka Gerakan Mahasiswa KPI Bersatu dengan menggelar demonstrasi berupa orasi-orasi terkait isu yang menjadi tuntutan mereka dan juga aksi teaterikal.

Dengan adanya aksi dari Gerakan Mahasiswa KPI Bersatu ini sontak membuat para penjabat rektorat gerah. Tak biasa memang, jika sebelumnya dikampus ini aksi-aksi tuntutan dilakukan atas nama aliansi mahasiswa yang tergabung dari organisasi-organisasi ekstra kampus, kali ini dilakukan oleh sebuah organisasi yang bersifat internal kampus, bahkan melibatkan jumlah massa aksi yang bisa dibilang tidak sedikit untuk ukuran massa aksi organisasi intra kampus.
Sayangnya, alih-alih hak mereka terpenuhi, rektorat lagi-lagi hanya memberikan janji-jani utopis. Meski dihari-hari sebelum mereka turun untuk demonstrasi, perwakilan dari massa aksi yang diwakili oleh ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan menggelar audiensi kepada pihak rektorat, hingga kini mereka menggelar aksi yang bersifat kolosal, namun respon dari pihak rektorat tetap sama, hanya janji-janji program yang bersifat sangat minim kejelasannya.

Selain mengadakan aksi dengan metode demonstrasi, para mahasiswa ini pula mengancam akan mogok kuliah bahkan sesegera mungkin akan mengadakan demonstrasi kembali dengan membawa massa aksi yang lebih banyak dari sebelumnya, massa aksi akan terus meneriakan tuntutan mereka hingga semua tuntutan mereka terkabulkan atau setidaknya mendapatkan respon yang jelas dari pihak yang bertanggungjawab terkait permasalahan ini. 

Maka jangan pernah bertanya mengapa, jika hak mengenyam pendidikan para generasi penerus bangsa ini sudah dicederai, bagaimana mereka bias berprestasi ? atau mungkin ini sudah menjadi budaya di negeri ini? Entah lah. Dan satu hal, "saat KPI galau, maka rektorat pun risau".

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama