Oleh: Hasanudin
Bulan Mei 2012 kemarin menjadi moment pembuktian bagi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam merekahkan eksistensi dan kematangannya dalam balutan usia yang sudah menginjak hampir dua dasawarsa ini. Dalam rangka memperingati milad KPI yang ke-19, Jurusan KPI menggelar acara KPI Summit 2012 “Spread Your Tabligh” dari tanggal 21 Mei sampai dengan 27 Mei 2012. Selama tujuh hari berturut-turut, KPI Summit menyuguhkan berbagai acara demi acara dari mulai perlombaan, seminar, kegiatan sosial seperti donor darah, dan acara lainnya.
Bagi mahasiswa KPI, acara-acara tersebut mungkin bukan pemandangan yang baru jika melihat berbagai event yang sudah sering diselenggarakan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Namun bagi KPI sendiri, KPI Summit 2012 benar-benar merupakan event akbar yang tidak semata-mata hanya untuk memeriahkan milad KPI, namun juga sekaligus mengukuhkan eksistensi dan membangun paradigma baru di kalangan mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung tentang Jurusan KPI yang dinilai meredup di tengah himpitan gejolak kegemilangan jurusan-jurusan lain. Tahun 1993, tercatat dalam ingatan, jurusan KPI pernah menduduki ranking kedua dalam perolehan jumlah mahasiswa terbanyak di UIN Sunan Gunung Djati Bandung setelah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Di balik kesuksesannya, KPI Summit 2012 menyimpan banyak sekali cerita di samping kemeriahan dan hingar bingar selebrasi dari awal sampai akhir acara yang mungkin tidak banyak masyarakat KPI sendiri yang mengetahuinya. Dalam satu kesempatan, penulis sengaja meminta waktu kepada kang Ridwan Rustandi selaku OC (Organizing Commitee) KPI Summit 2012 untuk sekedar “meneguk kopi bersama” dan menceritakan apa saja cerita di balik suksesnya KPI Summit 2012.
Bulan Mei 2012 kemarin menjadi moment pembuktian bagi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam merekahkan eksistensi dan kematangannya dalam balutan usia yang sudah menginjak hampir dua dasawarsa ini. Dalam rangka memperingati milad KPI yang ke-19, Jurusan KPI menggelar acara KPI Summit 2012 “Spread Your Tabligh” dari tanggal 21 Mei sampai dengan 27 Mei 2012. Selama tujuh hari berturut-turut, KPI Summit menyuguhkan berbagai acara demi acara dari mulai perlombaan, seminar, kegiatan sosial seperti donor darah, dan acara lainnya.
Bagi mahasiswa KPI, acara-acara tersebut mungkin bukan pemandangan yang baru jika melihat berbagai event yang sudah sering diselenggarakan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Namun bagi KPI sendiri, KPI Summit 2012 benar-benar merupakan event akbar yang tidak semata-mata hanya untuk memeriahkan milad KPI, namun juga sekaligus mengukuhkan eksistensi dan membangun paradigma baru di kalangan mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung tentang Jurusan KPI yang dinilai meredup di tengah himpitan gejolak kegemilangan jurusan-jurusan lain. Tahun 1993, tercatat dalam ingatan, jurusan KPI pernah menduduki ranking kedua dalam perolehan jumlah mahasiswa terbanyak di UIN Sunan Gunung Djati Bandung setelah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Di balik kesuksesannya, KPI Summit 2012 menyimpan banyak sekali cerita di samping kemeriahan dan hingar bingar selebrasi dari awal sampai akhir acara yang mungkin tidak banyak masyarakat KPI sendiri yang mengetahuinya. Dalam satu kesempatan, penulis sengaja meminta waktu kepada kang Ridwan Rustandi selaku OC (Organizing Commitee) KPI Summit 2012 untuk sekedar “meneguk kopi bersama” dan menceritakan apa saja cerita di balik suksesnya KPI Summit 2012.
Transformasi Dari Gebyar KPI
Sekitar satu bulan sebelum kepanitiaan yang sah dibentuk, Rizal Khoirul Insan, Ridwan Rustandi, Erik dan Sutanto berkumpul di gedung Z untuk menggagas sebuah event yang berbeda sebagai bentuk selebrasi hari milad KPI ke-19 yang event sebelumnya bernama Gebyar KPI. Sebagai grand theory, awalnya keempat penggagas yang sama-sama sedang duduk di semester 6 ini memilih empat kategori acara sebagai inti acaranya. Keempat kategori tersebut adalah perlombaan, seminar Jurnalistik Islam, talkshow bersama Raditya Dika, dan Inagurasi.
Sebelum menentukan tema acara, mereka terlebih dahulu mencari nama yang pas untuk digunakan sebagai nama acara. Sempat tercetus untuk menggunakan KPI Journey sebagai nama acara. Namun karena dianggap kurang enak didengar dan dari segi maknanya tidak terlalu menggambarkan tema acara, maka mereka mencari nama yang lain. Secara spontan, Rizal Khoirul Insan menyebut KPI Summit sebagai nama acara. Dengan mempertimbangkan arti dari “summit” yang berarti puncak yang dianggap pas dengan tema acara dan mempertimbangkan hal yang lainnya, maka ditetapkanlah KPI Summit 2012 sebagai nama acara yang akan digunakan.
Penggantian nama dari Gebyar KPI ke KPI Summit semata-mata didasari dengan keinginan masyarakat KPI dalam membuktikan diri bahwa KPI bisa bersatu dalam rasa kebersamaan, persatuan, rela berkorban dan gotong royong. Transformasi dari Gebyar KPI ke KPI Summit ini juga sebagai gerbang pembuka harapan dan do’a, semoga seterusnya KPI bisa memelihara solidaritas dan kebersamaan yang sudah tercipta di antara sesama masyarakat KPI.
Alumnus Mengalahkan Si Kambing Jantan
Apa yang anda pikirkan ketika mendengar atau membaca kalimat “Kambing Jantan”? Pasti pikiran anda akan langsung tertuju pada salah satu novel komedi. Sudah tentu banyak yang mengetahui bahwa Kambing Jantan adalah salah satu judul novel dari Raditya Dika, Novelis absurd yang berhasil menerbitkan lima novel bergenre komedi. Kesuksesannya sebagai Novelis juga dibarengi dengan kesuksesannya sebagai Commic (Comedian mic: red) di pentas stand up comedy. Kehadirannya dalam setiap pertunjukkan stand up comedy sangat dinanti oleh para pecinta komedi, tak terkecuali masyrakat KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Rencana awalnya, pada hari sabtu tanggal 26 Mei, KPI Summit akan menghadirkan Raditya Dika di tengah-tengah masyrakat KPI. Bukan untuk tampil sebagai “komedian berdiri”, namun dia diundang sebagai pembicara dalam acara ‘Talkshow Bersama Raditya Dika’ yang direncanakan oleh panitia KPI Summit 2012. Namun karena mengingat minimnya biaya, si Kambing Jantan itu urung dihadirkan. Panitia pun memutar otak untuk mencari solusi mengisi hari yang kosong di hari Jum’at tersebut.
Berawal dari proses sharing dengan Sekretaris Jurusan, Pak Aang Ridwan, panitia akhirnya menemukan solusi untuk mengisi hari yang kosong tersebut dengan menggantinya dengan acara sarasehan alumni KPI yang sudah lebih dahulu sukses. Gelaran acara sarasehan ini tidak semata hanya mengisi hari yang kosong, namun lebih dari itu acara sarasehan ini juga sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada para alumni KPI. “Adik kelas mau juga khan ditengok oleh kakaknya, begitu pun kakaknya yang lebih dulu sukses ingin diakui oleh adik-adiknya”, tambah kang Ridwan.
Atas bantuan Pak Aang dan Ketua Jurusan, Pak Dadan Suherdiana, akhirnya para alumni KPI bisa terhimpun dan dihubungi. Mulai dari H. Budiman (anggota DPRD Tasikmalaya), Pak Sugianto (Wakil DPRD Kabupaten Bandung) termasuk Irfan Hakim pun rencananya juga akan hadir dalam acara sarasehan tersebut, namun karena bertepatan dengan ibadah umroh, beliau tidak bisa hadir.
Mencari Bakat Di Balik Keterbatasan
Dari sekian deretan acara-acara yang diselenggarakan, semua itu tidak lepas dari kerja keras dan kerja sama antara panitia. Namun demikian, dalam proses menuju kesuksesan acara tersebut pun bukan tanpa hambatan dan masalah. Masalah yang paling sering dihadapi adalah manajemen waktu acara dan ketepatan waktu panitia. Beberapa acara terpaksa molor dari waktu yang sudah dijadwalkan sebelumnya, contohnya saja acara pembukaan KPI Summit 2012 yang dijadwalkan jam 08.00, molor dua jam menjadi pukul 10.00 pagi.
Masalah lain yang turut membayangi adalah kesediaan tempat dan peralatan. Susahnya menyediakan tempat dan peralatan pendukung juga sering kali menjadi masalah pelik bagi berlangsungnya KPI Summit 2012. Contohnya saja gelaran KPI Got Talent yang hanya menyediakan sound system dan satu alat musik saja, yaitu gitar. Namun dibalik keterbatasan itu, para peserta tetap prima menunjukkan talenta-nya baik dalam bernyanyi, berpuisi, dan dance. Apresiasi yang tinggi juga ditunjukkan oleh para peserta yang tetap berpartisipasi dengan membawa alat musik sendiri seperti gitar, bas dan zimbe. Tak pelak partisipasi yang tinggi ini mendapat pujian dan acungan jempol dari Ketua Jurusan KPI, Drs. Dadan Suherdiana, M. Ag. dan juga dari beberapa dosen KPI lainnya.
Sekitar satu bulan sebelum kepanitiaan yang sah dibentuk, Rizal Khoirul Insan, Ridwan Rustandi, Erik dan Sutanto berkumpul di gedung Z untuk menggagas sebuah event yang berbeda sebagai bentuk selebrasi hari milad KPI ke-19 yang event sebelumnya bernama Gebyar KPI. Sebagai grand theory, awalnya keempat penggagas yang sama-sama sedang duduk di semester 6 ini memilih empat kategori acara sebagai inti acaranya. Keempat kategori tersebut adalah perlombaan, seminar Jurnalistik Islam, talkshow bersama Raditya Dika, dan Inagurasi.
Sebelum menentukan tema acara, mereka terlebih dahulu mencari nama yang pas untuk digunakan sebagai nama acara. Sempat tercetus untuk menggunakan KPI Journey sebagai nama acara. Namun karena dianggap kurang enak didengar dan dari segi maknanya tidak terlalu menggambarkan tema acara, maka mereka mencari nama yang lain. Secara spontan, Rizal Khoirul Insan menyebut KPI Summit sebagai nama acara. Dengan mempertimbangkan arti dari “summit” yang berarti puncak yang dianggap pas dengan tema acara dan mempertimbangkan hal yang lainnya, maka ditetapkanlah KPI Summit 2012 sebagai nama acara yang akan digunakan.
Penggantian nama dari Gebyar KPI ke KPI Summit semata-mata didasari dengan keinginan masyarakat KPI dalam membuktikan diri bahwa KPI bisa bersatu dalam rasa kebersamaan, persatuan, rela berkorban dan gotong royong. Transformasi dari Gebyar KPI ke KPI Summit ini juga sebagai gerbang pembuka harapan dan do’a, semoga seterusnya KPI bisa memelihara solidaritas dan kebersamaan yang sudah tercipta di antara sesama masyarakat KPI.
Alumnus Mengalahkan Si Kambing Jantan
Apa yang anda pikirkan ketika mendengar atau membaca kalimat “Kambing Jantan”? Pasti pikiran anda akan langsung tertuju pada salah satu novel komedi. Sudah tentu banyak yang mengetahui bahwa Kambing Jantan adalah salah satu judul novel dari Raditya Dika, Novelis absurd yang berhasil menerbitkan lima novel bergenre komedi. Kesuksesannya sebagai Novelis juga dibarengi dengan kesuksesannya sebagai Commic (Comedian mic: red) di pentas stand up comedy. Kehadirannya dalam setiap pertunjukkan stand up comedy sangat dinanti oleh para pecinta komedi, tak terkecuali masyrakat KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Rencana awalnya, pada hari sabtu tanggal 26 Mei, KPI Summit akan menghadirkan Raditya Dika di tengah-tengah masyrakat KPI. Bukan untuk tampil sebagai “komedian berdiri”, namun dia diundang sebagai pembicara dalam acara ‘Talkshow Bersama Raditya Dika’ yang direncanakan oleh panitia KPI Summit 2012. Namun karena mengingat minimnya biaya, si Kambing Jantan itu urung dihadirkan. Panitia pun memutar otak untuk mencari solusi mengisi hari yang kosong di hari Jum’at tersebut.
Berawal dari proses sharing dengan Sekretaris Jurusan, Pak Aang Ridwan, panitia akhirnya menemukan solusi untuk mengisi hari yang kosong tersebut dengan menggantinya dengan acara sarasehan alumni KPI yang sudah lebih dahulu sukses. Gelaran acara sarasehan ini tidak semata hanya mengisi hari yang kosong, namun lebih dari itu acara sarasehan ini juga sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada para alumni KPI. “Adik kelas mau juga khan ditengok oleh kakaknya, begitu pun kakaknya yang lebih dulu sukses ingin diakui oleh adik-adiknya”, tambah kang Ridwan.
Atas bantuan Pak Aang dan Ketua Jurusan, Pak Dadan Suherdiana, akhirnya para alumni KPI bisa terhimpun dan dihubungi. Mulai dari H. Budiman (anggota DPRD Tasikmalaya), Pak Sugianto (Wakil DPRD Kabupaten Bandung) termasuk Irfan Hakim pun rencananya juga akan hadir dalam acara sarasehan tersebut, namun karena bertepatan dengan ibadah umroh, beliau tidak bisa hadir.
Mencari Bakat Di Balik Keterbatasan
Dari sekian deretan acara-acara yang diselenggarakan, semua itu tidak lepas dari kerja keras dan kerja sama antara panitia. Namun demikian, dalam proses menuju kesuksesan acara tersebut pun bukan tanpa hambatan dan masalah. Masalah yang paling sering dihadapi adalah manajemen waktu acara dan ketepatan waktu panitia. Beberapa acara terpaksa molor dari waktu yang sudah dijadwalkan sebelumnya, contohnya saja acara pembukaan KPI Summit 2012 yang dijadwalkan jam 08.00, molor dua jam menjadi pukul 10.00 pagi.
Masalah lain yang turut membayangi adalah kesediaan tempat dan peralatan. Susahnya menyediakan tempat dan peralatan pendukung juga sering kali menjadi masalah pelik bagi berlangsungnya KPI Summit 2012. Contohnya saja gelaran KPI Got Talent yang hanya menyediakan sound system dan satu alat musik saja, yaitu gitar. Namun dibalik keterbatasan itu, para peserta tetap prima menunjukkan talenta-nya baik dalam bernyanyi, berpuisi, dan dance. Apresiasi yang tinggi juga ditunjukkan oleh para peserta yang tetap berpartisipasi dengan membawa alat musik sendiri seperti gitar, bas dan zimbe. Tak pelak partisipasi yang tinggi ini mendapat pujian dan acungan jempol dari Ketua Jurusan KPI, Drs. Dadan Suherdiana, M. Ag. dan juga dari beberapa dosen KPI lainnya.
Penulis adalah mahasiswa KPI UIN SGD Bandung, dan anggota Forum Pe-SK.