Cianjur 'Simfoni Kata' #Part 1

Cianjur 'Simfoni Kata' #Part 1

 Oleh Agnia Ilma Khaerani
3 Mei 2014 16:30 WIB Saat pemberangkatan menuju GKC (Gedung Kesenian Cianjur )

Gerimis menemani sore hangat kala itu, kami Forum Penulis Seluruh KPI . di undang sebagai pemateri acara seminar “ Simfoni Kata” .di acara Wokey 2 ( Workshop Orientation Knowing Empowerment Youth Part II )  dengan semua persiapan dan do’a kami memulai perjalanan dari sebuah gang Sukatma. Gang kecil namun terasa teduh dengan sentuhan lumut hijau yang melekat pada dinding gang tersebut.

Mental, Ilmu, perbekalan pribadi, dan  kamera untuk dokumentasi pun kami persiapkan untuk pergi ke Cianjur. Sebelum menaiki Angkot  kami berempat pergi ke lapak Buku kebul untuk meminta Do’a restu dari salah satu ruh penyemangat kami. Namun ternyata sang pemilik tak ada. kami pun melanjutkan perjalanan. Namun sebelum itu kami membeli beberapa makanan untuk sekedar mengganjal perut.

Agnia dan Ambang pun pergi ke warung wardan dan Inggit pun menyusul sambil menenteng kamera DSLR dengan gayanya, kecuali Nizar. Dia hanya membeli sebungkus buah Melon yang terlihat manis di pinggir jalan.

Menunggu beberapa menit kami menaiki sebuah angkot jurusan Caheum-Cileunyi. Setelah sampai di Cileunyi. Nampak sebuah kebingungan Bis mana yang akan kami naiki,  pandangan Nizar pun tertuju pada Bis Do’a ibu. “itu bisnya disana” sambil menunjukkan nya, kami Ambang, Inggit, Agnia mengikuti Nizar menaiki sebuah bis tak ber AC dan penuh dengan bau-bau asing di hidung terutama sebuah asap yang mempunyai selogan ‘Merokok Membunuhmu”.

Namun itu tak menyurutkan semangat kami. Kondisi yang berdesakan dan kursi yang tidak bisa kita duduki bersama. Akhirnya Agnia dan Inggit duduk bersama seorang kake tua yang matanya menenangkan, Nizar di kursi sebelah kiri, dan Ambang di belakang dua Bidadari Cantik di PSK.

Sambil menikmati music rege, di pertengahan jalan Tol Ambang sedikit mengangkat badannya dan menanyakan sesuatu pada Inggit dan Agnia .” kamera a Nizar mana?” mendengar hal itu Inggit terlihat kaget, kalau kamera yang ditengteng nya tadi tidak ada. Suasana pun berubah menjadi ricuh dan khawatir ( oh no, kamera dimana? Itu kan buat dokumentasi) .

Akhirnya saat di ingat-ingat kembali, yah Inggit tak sengaja meninggalkan kamera DSLR milik a Nizar di warung wardan saat membeli cemilan untuk perbekalan, dengan resah Inggit langsung nelpon a Rido yang berapada di wisma. Dan sayang nya panggilan di hiraukan. A Rido ga ngangkat telponnya. Inggit semakin resah. Melihat Agnia dan Ambang sih biasa aja. Nizar yang juga sedang mencoba menghubungi temannya di kosan, berharap bisa mengambil kamera yang tertinggal di dus tempat kacang Garuda yang Inggit ingat.

Agnia dan Ambang coba menenangkan inggit, namun Ambang masih terlihat cuek. Dan Agnia yang lebih menenangkan inggit. Nampak butiran air mata jatuh dari mata indah penulis centil itu, karna ketakutan dan rasa hawatir, ya bingung juga kalau ilang gimana gantinya. Kamera DSLR yang harganya jutaan. Saat itu kekayaan  Inggit belum terlalu banyak, kalau toh harus mengganti.

Agnia terus mencoba menenangkannya, dan terus sama-sama berdo’a. yeahh, Allah mendengar hambanya yang sedang gelisah. Tak lama ada sms dari a Haji yang ngasih tau, kalau kamera nya ada. Dan sudah aman di tangan a Haji. Oke masih ada dan ga hilang.

Yah  itulah  kecerobohan Inggit. dia sangat mengakui,  itu malah dia bilang “ Duh gue pikun banget sih.” dengan teliti Inggit melihat handphone Nizar memastikan kamera benar-benar ada. Yah akhirnya sedikit tenang. “Tapi tetep aja kan, a Nizar nyuruh Inggit bawain kamera tuh buat di bawa ke Cianjur, dokumentasi biar bagus, ini malah ketinggalan. Ihh pikun banget gue”. Lagi-lagi dia bergumam “Gue pikun” haha. Ingit.Inggit.Aagnia tertawa lucu melihat sahabatnya seperti itu.

“Tak apalah ada kamera hp, bagus-bagus juga” Ambang coba menenangkan, perjalanan pun dilanjut sambil kembali menikmati music rege yang di bawakan sepasang pengamen berambut gimbal itu. Dan Agnia mulai eksis dengan mengajak Inggit dan Ambang foto selfy. Yeah kita tetap semangat dan tetap eksis foto-foto loh walaupun tanpa DSLR. Sayang nya a nizar terlalu jauh duduknya dengan kami. Jadi ga ke bawa.

Dan ini lah Agnia, Ambang, dan Inggit yang tak mau kelihatan sudah meneteskan air mata 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama