oleh : Rizky Sopiyandi
Si kecil berlari mengejar mimpinya. Mimpi menjadi seorang petinggi di negeri ini. Dimana ia bisa merubah apa yang ia sadari bahwa itu adalah sebuah kesalahan. Dialog-dialog ringan dengan sang ayah pun menjadi tekadnya. Kalulah anak yang lain menonton kartun di sore hari, tapi ia malah menonton siaran berita. Aneh memang. Tapi negara ini membutuhkan bibit-bibit seorang intelektual yang selalu mengatas namakan kejujuran dan dedikasi yang tinggi terhadap pengorbanan.
Si kecil berlari mengejar mimpinya. Mimpi menjadi seorang petinggi di negeri ini. Dimana ia bisa merubah apa yang ia sadari bahwa itu adalah sebuah kesalahan. Dialog-dialog ringan dengan sang ayah pun menjadi tekadnya. Kalulah anak yang lain menonton kartun di sore hari, tapi ia malah menonton siaran berita. Aneh memang. Tapi negara ini membutuhkan bibit-bibit seorang intelektual yang selalu mengatas namakan kejujuran dan dedikasi yang tinggi terhadap pengorbanan.
Suatu hari ia pernah bertanya saat sedang asyik menonton siaran berita dengan ayah tercintanya. “yah, rumah presiden itu dimana sih?” tanyanya. “di cikeas, tapi tepatnya ayah ga tahu sih, emang kenapa sayang?’ ujar ayahnya. “kira-kira aku boleh ga main ke rumah presiden” tanyanya lagi. Ayahnya terdiam sejenak dan menjawab, “kayanya susah deh, bapak presiden kan sibuk de, boro-boro kamu ajak maen, mungkin buat istirahat pun sulit nyari waktunya” ucap si ayah. “trus gimana dong yah? Emm, Kalo kirim surat bisa ga yah?” tanya nya kembali. “bisa mungkin” ucap si ayah.
Sianak pun bergegas ke kamarnya. Diambilnya secarik kertas dan sebuah pena. Ditulislah sebuah surat.
Buat bapak presiden dirumah
Asslamu’alaikum. Apa kabar bapak? Kata ayahku bapak kurang istirahat ya? Apa bapak ada waktu kalau saya main ke rumah bapak. Saya janji deh saya ga bakalan nakal.
Pak,kebanyakan teman-teman bermain saya tidak bisa sekolah karena orang tuanya tidak bekerja. Tolong dong bapak bantu, katanya gaji seorang presiden kan besar. Iya kan pak, bapakkan baik. Saya lihat sendiri bapak waktu kampanye di TV, bapak janji bakal mensejahterakan masyarakat. Ia kan? Bapak masih ingetkan?
Pak, nanti kalo bapak ada waktu, kita menyamar yuk kaya Saidina Umar. Malam-malam kita jalan-jalan disekitar rumahku, biar bapak lihat rumah teman-teman. Biar bapak tahu kalo aku tidak bohong. Aku janji deh ga bakalan ngasih tau sama yang lain.
Oh iya, sebelumnya maaf ya pak kalo aku ngeganggu kesibukan bapak. Kapan-kapan kalau bapak ada waktu dirumah bolehkan saya main ke rumah bapak, saya pengen belajar berpidato kaya bapak. Karena saya lihat bapak selalu tenang meskipun kata ayah saya negara kita sedang kacau.
Semoga bapak selalu diberikan kesehatan oleh Allah.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
hahahahah
BalasHapus