CATATAN SI KECIL (EPISODE KE-2)

CATATAN SI KECIL (EPISODE KE-2)

oleh : Rizky Sopiyandi

Aku hanya kecil. Aku tak berdaya tanpa orang-orang disekelilingku. Tapi biarkan aku berpikir dengan kepolosanku. Jadi maaf sebelumnya kalo ucapannya aga’ ngawur. Yaaah..maklum masih anak-anak. Hehe..

Pagi itu aku berangkat sekolah. Aku datang lebih awal dari sebelumnya. Karena kata ayahku, “kita harus lebih unggul dari yang lain, dan unggul itu muasal dari kesuksesan”. Maka sejak itu aku berpikir, aku harus jadi juara kelas. Dan salah satu usahaku adalah dengan datang sekolah lebih awal dari yang lainnya. Sampainya disekolahku, ternyata benar aku siswa orang yang pertama datang disekolah. Kulihat jam tangan Ksatria Baja Hitamku, memang masih jam 6 pagi lewat 3 menit. Kusapa om penjaga sekolah, dia pun balik menyapaku dengan wajah penuh keheranan. “Tumben pagi banget datangnya” tanya si om. Ku jawab tegas “aku pengen sukses om”. “emm..” si om merespon dengan wajah tak kalah heran dari sebelumnya.

Waktu pun berlalu. Aku yang sedari datang langsung masuk kelas sambil duduk menunggu teman-temanku. Krriiing..  bel tanda masuk pun berbunyi tapi tak ada seorang pun di kelas itu selain aku. Aku heran dan bertanya, “apa ini hari libur?”. Kulihat kalendar yang terpangpang dikelas. “bukan.. ini hari sabtu dan tidak ada tanda merah ditanggalnya”.
5 menit kemudian, akhirnya seorang teman kelasku datang dan dibarengi oleh teman-teman kelasku yang lainnya. Saat mereka hendak masuk. Serentak mereka pun tertawa. Aku kebingungan. Apa yang mereka tertawakan? Kulihat bajuku, baiuk-baik saja. Muka ku tak ada keanehan sama sekali. Ku tanya mereka. Apa yang lucu teman-teman?. “Rajin banget kamu, datang pagi banget” kata seorang temanku diiringi tawa teman-teman yang lainnya. “aku pengen selalu jadi orang yang pertama dalam kesuksesan” jawabku tegas. Mereka malah tambah keras menertawakanku. “sukses apa? Sukses jadi penjaga sekolah?” ucap salah-satu temanku. Aku semakin aneh saja.

Waktu sudah menunjukan jam 07.30 pagi, tapi guruku tak kunjung datang. Kulihat jadwal pelajaran sekolah, disitu tertera jadwal masuk jam 07.00 pagi. Dan disamping jadwal itu ada tulisan peraturan sekolah yang salah satunya bertuliskan “harus datang tepat waktu”, dan ada tulisan sanksi pula dibawahnya untuk yang masuk terlambat.
“Assalamu’alaikum” ucap guruku depan pintu kelas. “Wa’alaikum Salaam” kami pun menjawab serentak. Kulihat jam menunjukan waktu 07.45 menit. Si ibu pun langsung duduk dikursi yang biasa ia duduki. Saat si ibu hendak berdiri dan mengajar kami. Aku pun bertanya “Bu, kok ibu terlambat?”. Si ibu menjawab dengan tenang, “aduh, ibu terlambat ya? Tapi kan udah biasanya ibu datang jam segini”. Aku bertanya lagi “bu, aku tadi dateng paling awal kok teman-teman yang lain menertawakanku?”. Dengan sedikit tersenyum si bu guru menjawab “kamu dateng paling awal nak? Kok tumben?”. Aku pun semakin heran. Ada apa dengan peraturan sekolahku. Mengapa yang datang tepat waktu bahkan paling awal satu sekolahan yang ditertawakan. Dan tidak ada sedikit pun teguran bagi yang terlambat. “kamu tuh kaya yang enggak tau ajah, ibu kan udah biasa dateng jam segini, pake nanya lagi” ucap salah satu temanku. Hah.. kebingunganku semakin menjadi.

“Hari ini kita ulangan matematika ya anak-anak”. Ucap si ibu sambil membagikan kertas kosong kepada kami. Kelas pun menjadi hening. Tak ada lagi tertawaan untukku. Aku yang cukup santai karena semalam sudah membaca dan punya persiapan. Kulihat temanku saling melempar kertas tanpa diketahui si ibu. Dan akhirnya kuketahui kalau mereka saling melemparkan jawaban soal tersebut. “lho kok mereka mencontek? Bukankah itu tidak boleh?” pertanyaanku dalam hati.
Singkat waktu. Kami pun mengumpulkan hasil ulangan kami saat bel sekolah berbunyi. Kutanya temanku yang sedari ulangan tadi saling melemparka kertas yang berisi jawaban. “kok kalian saling nyontek sih? Kan itu ga boleh”. Mereka jawab “gak apa-apalah orang ga ketahuan ini sama si ibu” sambil tertawa kompak. Kutanya lagi “emang harus saling nyontek ya?” tanya ku polos. “haruslah, biar nilai kita bagus”. Ucap mereka. “kalo kita nilainya jelek ibu kita akan marah” lanjutnya. Kutanya lagi “kenapa gak kerjain sendiri aja, kan bisa”. “gak ah, aku ga suka matematika. Makanya kami saling contek tanya-tanya sama temen yang bisa”. “kenapa ga suka” tanyaku lagi. “aku lebih suka menggambar. Tapi ibuku bakal marah besar kalau nilai matematikaku nilainya jelek”, Ucapnya. Ibu bakal ngomong “kamu tuh musti punya nilai matematika bagus kayak temanmu, biar kamu bisa jadi insinyur”,  Ucapnya. Mereka pun pergi dan berpamitan hendak bermain boal dengan temanku yang lainnya. Aku pun segera berjalan pulang kerumahku.

Ditengah perjalanan aku berpikir. Kok ibu temanku marah kalau nilai matematika anaknya jelek, tapi yah..wajarlah orang dia sukanya ngegambar. Trus apa ibunya akan bangga dengan nilai bagus tapi hasil anaknya mencontek?. Apa temanku itu bisa dikatakan bodoh kalo nilai matematikanya jelek meskipun itu bukan pelajaran yang dia sukai. Aku pun kebingungan dan bertanya dalam hatiku. “jadi yang bodohnya itu siapa sih?”.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama