Oleh : Ervia Ufroh
Peka terhadap realita, berarti adanya rasa peduli terhadap lingkungan sekitar. Sedikit konflik disini bagaimana kita bisa menjunjung tinggi peka terhadap realita tersebut agar melahirkan pengaruh yang baik dan berkualitas ? Hal yang paling terkecil yang harus di perhatikan, yaitu dengan memulai dari diri kita sendiri.
Peka terhadap realita, berarti adanya rasa peduli terhadap lingkungan sekitar. Sedikit konflik disini bagaimana kita bisa menjunjung tinggi peka terhadap realita tersebut agar melahirkan pengaruh yang baik dan berkualitas ? Hal yang paling terkecil yang harus di perhatikan, yaitu dengan memulai dari diri kita sendiri.
Kebodohan bisa terjadi karena minimnya suplemen yang di dapat dalam memenuhi gizi intelektual seseorang. Alhasil segi kualitas daya nalarnya pun sangat terbatas. Setiap refleksi gerak seseorang bisa terbentuk karena pola fikirnya yang sistematis. Segala gerak yang tersalur tidak hanya sebatas gerak semata, melainkan di ikuti dengan bobot nilai yang bisa mempengaruhi realita dihadapannya.
Study kasus, seorang mahasiswa yang merasa minder dalam beraktifitas dalam perkuliahannya bisa disebabkan karena factor kurangnya interaksi atau komunikasi mahasiswa tersebut dengan yang lainnya, baik dengan mahasiswa lagi maupun dengan dosen. Maka sebagai langkah agar tidak monoton, kita harus mencari permasalahan dan solusi yang dapat kita ambil.
“25 % ilmu yang di dapat didalam kampus, dan 75% ilmu yang didapat diluar jadwal perkuliahan kampus” memang benar pernyataannya. Mengapa? Karena pada saat kita berada di dalam kelas, waktu yang dipakai untuk belajar hanya dalam jangka waktu 1% saja, sedangkan 99% waktu yang biasa mahasiswa lakukan lebih banyak. Seperti, nongkrong, pulang kekostan, jalan-jalan, dikusi itupun sangat kecil kemungkinan.
Alangkah lebih baiknya jika kita bukan hanya sekedar berhimpun, melainkan mulai bergerak dalam “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”, yaitu sebuah wadah yang memang memfasilitasi kita dalam mencari manfaat agar 1% ilmu yang didapat didalam kampus bisa menjadi 100%. Karena sangat sayang sekali, waktu yang terbuang sebanyak 99% tersebut jika tidak kita pergunakan, selain memanfaatkannnya untuk melatih kita dalam berorganisasi, beradministrasi, berlatih kepemimpinan, strategi dalam pengembangan, pengorganisiran, manajemen konflik, teknik lobby, format dan strategi gerakan, manajemen event dan ilmu lainnya yang tidak akan pernah kita dapatkan dalam perkuliahan kampus.
“Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab atas ilmu diamalkannya, dan komitmen memperjuangkan cita-cita Indonesia” adalah hal yang harus diperhatikan oleh kita semua sebagai mahasiswa Universitas yang di notabenekan Islam. Bukan sekedar ahli dalam berpolitik saja, tetapi berpolitik tersebut akan timbul dengan kita terlebih dahulu menambah suplemen gizi intelektual kita agar menjadi mahasiswa yang kolegian, vocasional, akademis dan politis yang bukan hanya sekedar mahasiswa instant saja, tapi bersandar pada pengalaman.
__Untukmu satu tanah airku keyaninanku__
Refleksi 51 tahun Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Pelatihan manajemen organisasi
Training kepemimpinan.
Komisariat UIN SGD BDG cabang kota bandung.
“mendidik kader dengan organisasi dan mendidik penguasa dengan perlawanan”
Bandung,
9-10 April 2011