Oleh : Hasanudin Lukman El-Hakim Zidan *
Atas nama bayangan, si Cahaya meredam jari-jarinya dari tubuh sang Bayangan. Dia melakukannya setelah berfikir keras. Keberadaannya mungkin tidak pernah diharapkan Bayangan, tapi Cahaya selalu merasa bahwa dirinya adalah Bayangan. Sang Bayangan mungkin berpikir bahwa dia ada karena adanya Cahaya, tapi sebenarnya Cahaya yang selalu berharap Bayangan itu ada. Bayangan mungkin berfikir bahwa dia selalu pergi kemanapun Cahaya melangkah, tapi sebenarnya Cahaya yang selalu mengikutinya dimanapun dia berada. Si Cahaya mencoba melawan hukum alam.
Hey, dia kan hanya bayangan?
Dia mungkin hanya sebuah Bayangan, tapi di mata Cahaya dia tidak pernah melihat perbedaan antara dia dan Bayangan. Bayangan adalah Cahaya, dan Cahaya adalah Bayangan. Keduanya selalu bersama dalam sebuah dunia yang sebenarnya biasa saja. Itulah sebabnya,setiap kali dia meredam jati dirinya, Cahaya selalu berfikir seribu kali untuk melakukannya. Dia tidak pernah berani melakukan hal itu.
dia takut...
dia takut Sang Bayangan akan meredup...
dan akhirnya menghilang...
Tapi ternyata Si Cahaya terlalu menganggap semua ini mudah. Dia terlalu congkak dengan menganggap bahwa dia adalah nyawa dari Bayangan. Dia masih sangat bodoh untuk berfikir bahwa...
"Sebuah bayangan akan muncul jika ada sesuatu yang menghalangi"
Jadi, walaupun si Cahaya selalu bersinar dengan jati dirinya yang terang, sangat terang sekalipun, tetap saja... ada kemungkinan si Bayangan tidak akan muncul.
Cahaya bodoh!
Benar benar bodoh!!
Penulis adalah Mahasiswa KPI semester 1 dan juga penggiat di Forum Penulis Se-KPI
Atas nama bayangan, si Cahaya meredam jari-jarinya dari tubuh sang Bayangan. Dia melakukannya setelah berfikir keras. Keberadaannya mungkin tidak pernah diharapkan Bayangan, tapi Cahaya selalu merasa bahwa dirinya adalah Bayangan. Sang Bayangan mungkin berpikir bahwa dia ada karena adanya Cahaya, tapi sebenarnya Cahaya yang selalu berharap Bayangan itu ada. Bayangan mungkin berfikir bahwa dia selalu pergi kemanapun Cahaya melangkah, tapi sebenarnya Cahaya yang selalu mengikutinya dimanapun dia berada. Si Cahaya mencoba melawan hukum alam.
Hey, dia kan hanya bayangan?
Dia mungkin hanya sebuah Bayangan, tapi di mata Cahaya dia tidak pernah melihat perbedaan antara dia dan Bayangan. Bayangan adalah Cahaya, dan Cahaya adalah Bayangan. Keduanya selalu bersama dalam sebuah dunia yang sebenarnya biasa saja. Itulah sebabnya,setiap kali dia meredam jati dirinya, Cahaya selalu berfikir seribu kali untuk melakukannya. Dia tidak pernah berani melakukan hal itu.
dia takut...
dia takut Sang Bayangan akan meredup...
dan akhirnya menghilang...
Tapi ternyata Si Cahaya terlalu menganggap semua ini mudah. Dia terlalu congkak dengan menganggap bahwa dia adalah nyawa dari Bayangan. Dia masih sangat bodoh untuk berfikir bahwa...
"Sebuah bayangan akan muncul jika ada sesuatu yang menghalangi"
Jadi, walaupun si Cahaya selalu bersinar dengan jati dirinya yang terang, sangat terang sekalipun, tetap saja... ada kemungkinan si Bayangan tidak akan muncul.
Cahaya bodoh!
Benar benar bodoh!!
Penulis adalah Mahasiswa KPI semester 1 dan juga penggiat di Forum Penulis Se-KPI