Oleh : Rizky Sopiyandi
Jika sobat menggandrungi Band-band Indie Label, sobat pasti pernah mendengar sebuah Band dengan nama "Efek Rumah Kaca". Kira-kira sebulan lalu, seorang teman, memperkenalkan band ini lebih dalam dari sebelumnya saya kenal. Jika sebelumnya saya hanya mengenal ERK (biasa kita mengingkat Band ini) dengan lagu "Cinta Melulu" nya, ternyata banyak karya band ini yang begitu nikmat didengarkan, dan tak sedikit mengurai makna yang cukup dalam jika kita telaah maknanya.
Grup musik indie yang berasal dari Jakarta ini digawangii oleh Cholil Mahmud (vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal latar, bass), Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar). Dibentuk tahun 2001, Band ini sempat mengalami beberapa kali perubahan personel, akhirnya mereka memantapkan diri dengan formasi band tiga orang. Sebelumnya, band ini bernama Hush. Nama ini kemudian diganti menjadi Superego, lalu berubah lagi pada tahun 2005 menjadi Efek Rumah Kaca - diambil dari salah satu judul lagu pada album perdana mereka.
Sejak awal kemunculan mereka, banyak pihak yang menyebutkan bahwa warna musik Efek Rumah Kaca tergolong dalam post-rock, bahkan ada yang menyebutkan shoegaze sebagai warna musik mereka. Tetapi, Efek Rumah Kaca dengan mantap menyebutkan bahwa warna musik mereka adalah pop, karena mereka merasa tidak menggunakan banyak distorsi dan efek-efek gitar dalam lagu-lagu mereka seperti selayaknya musik rock.
Penghargaan yang mereka terima tidak bisa dikatakan sedikit. Mereka menjadi mominator AMI Award pada tahun 2008, Rookie of the Year 2008 versi majallah Rolling Stone Indonesia dan berhasil menyabet gelar MTV Music Award 2008, kategori The Best Cutting Edge.
Sudah banyak hits yang mereka lahirkan. Kita sering mendengar di radio-radio kesayangan kita lagu mereka yang berjudul "Desember", "hujan Jangan Marah", "Cinta Melulu", "Di Udara". "Balerina", dan yang paling menarik perhatian saya adalah sebuah lagu dari mereka yang berjudul "Mosi Tidak Percaya".
Dalam official akun twitter mereka menuliskan jika Cholil (Sang Vokalis) menulis lirik dgn mengadopsi istilah “ Mosi Tidak Percaya “ sbg ungkapan rasa tidak percaya terhadap sistem pemerintahan yg korup. Dan sebelumnya mereka pun menjelaskan jika kekuatan dari lagu ini adalah rif yg bernafaskan punk, hal itu yg menggiring mereka untuk mengisinya dengan kalimat yang menggugat dalam isi liriknya.
Lagu tersebut memang penuh dengan pemaknaan. Bisa ditafsirkan sebagai sebuah ekspresi masyarakat terhadap apa yang terhadi dalam pemerintahan yang ada di negara kita sekarang. Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Dimana satu sama lain saling menguatkan agar borok tak terbongkar. S.B. Chandra, dalam bukunya yang berjudul "Les Hitam", menggambarkan korupsi sebagai ulat dalam buah - di luar kelihatan utuh, kilap kemilau, akan tetapi di dalam sudah borokan.
Political & Economic Risk Consultancy atau disingkat PERC bahkan merilis baru-baru ini, jika sesungguhnya korupsi di Indonesia begitu menggurita, mulai pemegang kebijakan hingga implementasi di tingkat yang paling bawah. Sementara gebrakan pembenahan sektor pelayanan publik dengan berbagai inovasi untuk memudahkan dan mempermurah biaya pelayanan terus dikampanyekan. Ending-nya adalah bagaimana mengurangi korupsi di sektor pelayanan publik. Namun, semua itu belum benar-benar dirasakan semua lapisan masyarakat. Dan, inovasi pelayanan publik tersebut belum menyentuh masalah-masalah vital yang dibutuhkan masyarakat.
Korupsi begitu meraja lela, bahkan bisa dikatakan membudaya. Dampaknya tak lagi menjadi keanehan, bukan hanya masalah keprihatinan faktor ekonomi bangsa, tindak pidana hukum, yang semuanya itu bersumber lagi-lagi dari korupsi. Tidak hanya itu ternyata, bagi saya, yang paling urgen akan dampak tersebut adalah paradigma generasi bangsa ini yang hampir -bahkan mungkin sudah terbentuk- bahwasanya siapa saja yang hendak menjadi penjabat pemerintah, ialah orang selanjutnya yang akan melakukan tindakan korupsi.
Ini berarti, betapa pun yang akan dilakukan pemerintah tidak akan menjadi sebuah pengobat ke-tidak-percaya-an kita. Kekecewaan masyarakat akan pelayannya sudah tertutup cermin pengkhianatan amanah yang seringkali dilakukan. Dan banyak faktor memang, yang tidak saya tuliskan secara komfprehensif disini. Namun sebuah makna dari baris lirik lagu "Mosi Tidak Percaya" menggambarkan bagaimana kita, bagaimana pandangan kita kepada mereka, kepada para pelayan kita.
Terakhir, seperti inilah lirik lagu tersebut.
"Mosi Tidak Percaya"
By Efek Rumah Kaca
ini masalah kuasa, alibimu berharga
kalau kami tak percaya, lantas kau mau apa?
kamu tak berubah, selalu mencari celah
lalu smakin parah, tak ada jalan tengah
pantas kalau kami marah, sebab dipercaya susah
jelas kalau kami resah, sebab argumenmu payah
kamu ciderai janji, luka belum terobati
kami tak mau dibeli, kami tak bisa dibeli
janjimu pelan pelan akan menelanmu
ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya
ini mosi tidak percaya, kami tak mau lagi diperdaya
Bandung, 26 Juni 12
Sumber Gambar : Google.com