"Suatu saat para Koruptor harus langsung diserahkan kepada rakyat, agar bisa diperlakukan seperti tukang maling ayam yang kepergok."
"Hinalah aku sepuasmu, tapi jangan hina ayah ibuku. Aku rela menaruhkan nyawa buat mereka."
"Tuhan pun akan merasa kesal kalau terus dipinta-pinta."
"Innalillahi wa inna ilaihi raji’un bukan hanya diucapkan ketika melihat orang yang meninggal dunia. Di saat kita akan menyakiti orang dengan lidah dan tangan kita, maka berfikirlah, “Lidah dan tangan ini dari Allah, maka harus dipergunakan sesuai kehendak-Nya, yaitu tidak menyakiti orang”
"Saya memang bukan Islam masjid, tapi saya Islam pasar seperti teman-teman yang lain."
"Kamu pikir peci dan sorbanmu itu tanda kemusliman dan kekyaianmu?, dulu salah satu tokoh PKI juga setiap hari pakai peci, dan salah satu musuh besar Rasulullah juga yaitu Abu Jahal memakai sorban tiap harinya."
"Kalau orang yang dating kepada Ponari dan batunya yang bisa membantu proses penyembuhan penyakit anda anggap mereka musyrik, kanapa anda juga tidak memusyrikan orang yang dating kepada Dokter dan obatnya? Padahal sama saja."
Dalam pesta pernikahan, begitu banyak sesuatu yang terbuang sia-sia. Dari mulai kartu undangan yang akhirnya mejadi sodokan sampah, sampai sisa makanan yang menumpuk dalam karung. Sedangkan di tempat lain banyak orang yang tergapar karena lapar."
"Aku ingin menzakatkan hidupku untuk manusia."
"Ketika Umar diangkat menjadi pemimpin, dia berucap “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un”, karena baginya menjadi pemimpin adalah musibah. Orang sekarang saat diangkat menjadi RT atau RW, langsung mengadakan sukuran dan pesta pora."
"Saya mohon ampun kepada Allah atas dosa saya yang kecil, yang besar, yang terang-terangan, yang tersembunyi, yang terasa, yang tidak terasa, yang kemarin, sekarang, dan akan datang."
Kategori:
Sanghyang Mughni Pancaniti