Oleh : Noviansyah
ketika ku duduk diantara hamparan buku
setiap hari kudengar pukulan palu
kunikmati suara mesin menderu
debu-debu menari dihadapanku
jalan bergelombang menghampar
kubangan lumpur kecil tersebar
orang-orang hanya lewat saja
tanpa keinginan untuk curiga
Bangunan itu menatapku lelah
aku merasa salah tingkah
aku mulai memperhatikannya
ia nampak ingin berbicara
wahai,, kawan,!
kapan bangunan itu disempurnakan ?
nampaknya dia sudah mulai di abaikan
pondasinya mulai rapuh menahan beban
lama sekali mencapai kesempurnaan
Aku tak ingin
ketika bangunan itu sempurna dan utuh
pondasinya malah rapuh dan runtuh
ini hanyalah harapan semu
tentang keindahan yang ku tunggu
Gedung indah yang senantiasa ku damba
sampai kini belum nyata
mungkinkah gedung itu sempurna ?